Bulan pertama :
kusebut itu suatu “modus”
Aku menyebut itu modus, karena cara pertamamu untuk bisa
berkenalan denganku cukup unik. Berawal dari engkau melihatku sangat fasih
menggunakan bahasaku, kau beralasan memintaku untuk mengajarimu agar bisa
begitu fasih sepertiku. Dengan sosmed yang pada umumnya digunakan anak-anak
jaman sekarang kita berkomunikasi, dilanjut dengan sosmed pribadi kita semakin
membahas banyak hal.Masih dengan pembahasan yang menurutku begitu alay tapi aku
terus meresponmu,dengan segala gombalan manis darimu, akupun terus membalas.
Terkadang aku lupa bahwa masih ada hati yang mengisi hatiku, tapi hadirmu mulai
membuatku terpana. Meskipun niat dan caramu mencari tau tentang alamat sosmed
ku masih menjadi satu misteri bagiku namun aku berkata kau berhasil mengenaliku. Dan sampai saat ini masih terbesit tanya
di hatiku “Apa sebenarnya motivasimu untuk mencari tahu tentangku?”.
Bulan Kedua dan
ketiga : Kau mulai menunjukkan pesonamu
Tanpa perlu waktu yang panjang, kau terlihat sangat mudah
untuk memasuki seluk beluk kehidupanku, sepertinya hal yang bagi orang lain
sangat susah malah bagimu sangat mudah membuatku merasa nyaman, sedikit kau
terlihat jahat karena kau tak peduli orang lain yang juga menaruh hati padaku.
Tapi sama denganmu aku juga tak mempedulikan mereka, karena sedikit kerapuhan
yang kurasakan. Bahkan dengan hal kecil sekalipun kau bisa membuatku merasa
terbang ke langit ke tujuh, merasakan belaian angin yang begitu membuatku
terpesona. Dan aku mulai berkata “aku sayang kamu”.
Bulan Keempat : Aku berencana untuk melupakanmu
Mungkin terkesan seperti akhir cerita, tapi sesungguhnya ini
adalah awal cerita, kau yang selalu punya seribu cara untuk mengubah tangisku
menjadi tawa membuat aku mulai merasa kau berbeda dengan mereka yang kerap
membuatku menangis. Kau tak pernah bisa melihatku bersedih, pasti kau langsung
melakukan hal yang bisa melenyapkan kesedihanku dan terkubur sampai ke lapisan
tanah ke tujuh. Tapi mengingat masih ada hal yang belum terselesaikan aku mulai
tersadar bahwa kau yang walaupun selalu ada buatku tapi harus kulupakan, aku
harus kembali padanya yang sebelum kau dia selalu kubanggakan. Kala itu kau
mengantarkanku untuk kembali ke kampung halaman, bagiku itu adalah moment
pertama yang sangat menyedihkan, karena aku berfikir aku harus melepasmu karena
dia yang pernah mengikat janji bersamaku. Di atas bus yang menghantarkanku ke
airport, dengan air mata yang berlinang aku berkata “maafkan aku”.
Bulan Kelima : Niat melupakanmu malah berubah menjadi kata “aku bahagia
bersamamu”
Niat awal untuk melupakanmu ternyata berubah haluan
dikarenakan dia yang telah menyia-nyiakanku. Tanpa kau sadari sedikit demi
sedikit kau membantuku untuk mengobati goresan luka di hatiku. Dan tanpa kau
sadari juga aku semakin merasa tak membutuhkan orang lain , sikapmu yang selalu
memanjakanku membuatku merasa berharga di matamu, kau selalu mengalah dengan
segala keegoisanku, kau selalu menomorduakan kebahagiaanmu hanya demi
kesenanganku. Aku mulai melihat hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain
tapi bisa kau lakukan. Dan kemudian aku berkata : “aku salut denganmu”. Hari terus berganti, dan tak
satu haripun kita lalui tanpa saling mengetahui dan memberi kabar, kau selalu
memanfaatkan liburanmu untuk bertemu denganku, kau sering mengajakku untuk bermain agar aku bisa menghilangkan
kejenuhanku, tawa lepas pun tak bisa tertahan saat aku sudah bersamamu, pernah
aku berdoa dan memohon kepada Tuhan agar bahagia itu menjadi milikku seutuhnya.
Setiap kali bersamamu aku selalu berbisik dalam hati: “jangan pernah berpaling
dariku”
Bulan Keenam : Ada rasa sedih yang berkecamuk dalam jiwa
Hal yang tak pernah terlintas di benakku, ketika engkau
jujur bahwa kau memiliki seseorang yang mengisi hatimu. Saat itu aku masih
bingung apa yang harus kulakukan, melepaskanmu atau tetap bersamamu. Tapi sifat
egoisku tetap bertahan, aku tak peduli dengan keadaan itu meskipun ada rasa
sedih dalam hati, tapi aku mengacuhkannya, yang kupikirkan hanyalah “aku
bahagia bersamamu”, aku meminta maaf kepada Tuhan dan meminta ijin agar aku
bisa menikmati bahagia itu walau sebentar saja.
Bulan Ketujuh : Kau masih tetap disini
Apapun yang terjadi, aku tak menghiraukannya, aku hanya
berpikir bahwa kalau selalu memiliki cara untuk menyenangkanku, banyak tempat
yang kita kunjungi, meninggalkan segala kenangan yang indah tiada dua, memang
sederhana tapi sangat bermakna.
Bulan Kedelapan : Rasa ingin meninggalkanmu kembali muncul
Aku melangkahkan kaki ke negeri seberang, berharap aku dapat
menikmati libiuranku disana, berharap aku dapat membawa cerita indah pulang ke
Indonesia, tapi ternyata itu hanyalah sebatas harap, tepat di mall terbesar di
Negara itu, aku membaca timelinemu yang kau tujukan pada dia yang selalu kau
bilang ada di hatimu. Rasa yang tadinya begitu bahagia berubah menjadi sesak
karena harus menahan deraian air mata, sungguh aku cemburu dengan itu. Hal itu
membuatku tidak lagi menikmati liburanku yang masih tersisa beberapa hari lagi.
sepulang ke Indonesia aku berniat untuk mengakhiri semua yang selama ini
kusebut dengan nama “bahagia”, tapi kembali lagi aku tidak sanggup
melakukannya, bagaimana mungkin aku sanggup ketika aku menangis karena
kesedihan yang tak bisa lagi
diungkapkan dengan kata-kata bisa kau ubah menjadi tawa yang bersinar yang
selalu kau sebut “tertawa lepas”. Dan aku kembali dengan egoisku, menghiraukan
semua apa yang orang lain katakan, aku hanya berkata dalam hati “yang penting
aku bahagia”, egois bukan??
Bulan kesembilan: Kusebut ini kebahagiaan semua
Meskipun aku sering berpikir tentang bahagiaku, tetapi
terkadang akal sehatku juga bekerja, aku berfikir bahwa aku memang jahat telah
merebut waktumu dan segala yang kau miliki dari dia yang seharusnya mendapatkan
itu. Terkadang tanpa kau sadari dibelakangmu aku sering menangis
memelukmu dan berbisik “Tuhan kenapa bahagia ini tidak bisa menjadi
milikku?”, semuanya mulai terlihat begitu semu, seakan aku ingin pergi jauh
bersamamu agar tidak ada orang yang protes terhadap apapun yang kita lakukan,
dan ingin membuat bahagia itu utuh permanent menjadi milikku.tapi aku kembali
tersadar bahwa itu tidak mungkin, aku hanya bisa bertanya “sampai kapan semua
ini akan bertahan?”. Terkadang aku
terlihat sangat bodoh dengan semua sikapku yang juga selalu menuruti maumu, aku
mengetahui banyak hal tentang masa lalumu, aku mendengar banyak hal tentangmu
dari orang lain yang terlebih dahulu mengenalmu, mereka sering memintaku untuk
melepasmu saja, tapi sama sekali semua itu tidak mempengaruhi rasa ini, hatiku
selalu berkata “aku gak peduli dengan masa lalu, aku hanya peduli dengan masa
kinimu dan berharap juga dengan masa depanmu?”. Sangat bodoh kan???
Bulan Kesepuluh :
Perhatianmu semakin tak bisa didefenisikan
Masa-masa paling bahagia, dan membuatku merasa sangat
istimewa, saat kau memperlakukanku seolah hanya aku yang ada dalam kehidupanmu,
semua hal yang kumau kau turuti sekuat yang kau bisa, banyak hal yang sudah kau
korbankan untukku. Kau tidak tahu bahwa aku pernah merasa bahwa kau sangat berarti bagiku. Aku sering bertanya
dalam hati “apa makna dari semua yang kau lakukan ini?”, dan sampai saat ini
aku juga belum menemukan jawabanya, sampai aku tak bisa lagi bertanya padamu.
Bulan Kesebelas :
Airmataku membangunkanku dari mimpi panjang itu
Saat aku begitu bahagia, saat orang-orang percaya bahwa kau
satu-satunya orang yang bisa membuatku tersenyum ceria seperti itu, saat itu
pula airmataku menetes sampai tak bisa dibendung. Aku terbangun dari mimpi
panjangku, dan akhirnya aku tersadar bahwa aku mulai menyukaimu, aku sebut suka
bukan cinta karena aku tidak tau apa itu cinta, akhirnya semua rasa itu
memaksaku untuk melepaskanmu, melepaskan bahagiaku yang selama ini kugenggam
erat. Aku harus membiarkanmu pergi, agar kau kembali bersamanya. Inilah
kesedihan terdalam yang pernah kurasakan, kenagan manis yang pernah kita lalui
selalu membuatku tak bisa berhenti terisak-isak. Biarlah semua kenangan itu
menemaniku, biarlah “push”
yang pernah kau beri memelukku dalam tidurku, biarlah aku bersedih dan
menangis. Tapi kau harus bahagia, karena suatu saat aku juga akan bahagia
dengan jalanku walau tak kau temani lagi, bulan itu resmi berganti dan aku
harus melepasmu. Aku harus kuat seperti yang selalu kau katakan. Bahagialah
terlebih dahulu, dan aku akan menyusul. Aku juga berjanji suatu saat akan kuat, aku akan menyatukan kepingan
hatiku yang sudah berserakan agar menjadi utuh kembali,meskipun saat ini
hanya tersisa airmata yang selalu setia bersamaku, tapi aku yakin kau sudah
bahagia ketika membaca ini, jangan menoleh ke belakang, lanjutkan langkahmu
dengan pasti. Tapi untuk terakhirkalinya ijinkan aku mengatakan “aku
sangat…sangat..dan sangat menyayangimu” aku berdoa kita terlahir kembali untuk
bisa bertemu di dunia yang
baru tapi yahh abaikanlah mimpi yang takkan pernah terwujud itu.
@Ryi_Saragih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar